Jepang telah di guncang gempa lebih dari 9 SR, disusul tsunami, lalu radiasi dari power plant nuklir yang terbakar. Mungkin karena kesigapan Jepang, dengan teknologi yang bisa dibilang canggih, maka semua kejadian itu bisa segera ditanggulangi. Tapi sebenernya ada faktor lain yang lebih penting dari sekedar teknologi itu, yaitu faktor mentalitas. Ketenangan dalam menghadapi bencana, nggak ada kecurangan ketika dalam keadaan panik sekalipun, gotong royong, ikhlas, dan yang paling penting nggak ada mental menyalahkan salah satu pihak. Media di Jepang juga mendukung penanaman mental baik terhadap masyarakatnya. Nggak ada berita yang sifatnya menakut-nakuti, walau misalnya ada hal yang di cover dalam suatu pemberitaan, tapi berita tersebut tetap mengusung prinsip edukasi dan “bukan sekedar mengejar rating”.
Kasihan orang Indonesia.
Kenapa saya bilang begitu?
Indonesia adalah negara yang memiliki masyarakat sangat Heterogen. Kalau boleh bicara agak keras, baik dalam hal ekonomi, pendidikan, pekerjaan dan hal-hal ini sangat berpengaruh terhadap pemahaman seseorang terhadap informasi yang mereka terima. Teringat betapa masyarakat Indonesia ikut terkena dampak panik ketika bencana di Jepang terjadi. Berita yang disampaikan oleh media di Indonesia, mohon maaf, tapi sangat tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Mungkin karena media di Indonesia adalah pihak ketiga atau malah ke sepuluh dari sumber asli berita, yang terjadi adalah efek “pelebay-an” yang sangat akut. Pasca bencana Jepang, saya bekerja volunteer di KBRI Tokyo, dan tantangan terberat adalah bukan menghadapi mereka yang terkena bencana langsung, tapi justru melayani warga Indonesia lain (baik di Jepang dan di Indonesia) yang termakan berita di Media. Saat itu berita yang paling akurat adalah berita yang disiarkan oleh NHK – Jepang dan sumber-sumber dari pemerintah jepang yang sayangnya disampaikan dalam bahasa Jepang. Dan karena border bahasa itu akhirnya terjadi pembiasan berita.
Saya sempat membandingkan pemberitaan NHK mengenai gempa Jepang dan pemberitaan media di Indonesia mengenai pemberitaan gempa Cilacap, yang waktu itu terjadi dalam waktu yang berdekatan. Berita gempa dari NHK, memberitakan live report, helikopter, dengan fokus pada suara dari reporter dan ambient suara dari helikopter, atau suara udara. Konten berita adalah peringatan atas gempa dan rujukan `what to do` kepada masyarakat. Sedangkan berita gempa cilacap, di kemas dengan gambar peta cilacap dengan narasi dari pembawa berita (well normal) tapi dibumbui dengan lagu horor yang biasa muncul di sinetron-sinetron. Hm~.. well, saya sebetulnya kagum dengan kinerja teman-teman media yang berusaha keras memberitakan berita seakurat mungkin, mereka yang berusaha menginformasikan berita dengan info yang benar. Salut untuk mereka yang masih mengusung azas ini. Tapi kenapa lebih banyak media yang memilih untuk berazas “yang penting rating gw bagus”. hm..!
Ini semoga sebuah pandangan yang bisa membangun pihak media. Semoga media ikut membantu mentalitas masyarakat Indonesia, bukan hanya menakut-nakuti via berita yang mereka siarkan. Baru-baru ini ada informasi yang ditayangkan mengenai ancaman gempa 8,sekian skala richter dari perairan laut Jawa. Media sebaiknya membantu mengembangan awareness di masyarakat, bukan membuat masyarakat malah panik dan melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan (misalnya nimbun makanan, atau menaikkan harga karna panik takut bencananya datang jadi ambil untung duluan).. Yah, semoga semua pihak bisa bekerja sama dengan baik.
Ini untuk jaga-jaga, bukan untuk menakut-nakutin. Ini berguna bukan hanya untuk menghadapi bencana alam tapi apapun kejadian yang membutuhkan kedaduratan (termasuk mungkin untuk kabur dari kejaran KPK.. hehehe~ no offense). Sedikit tips dari saya untuk membuat personal Emergency Bag (tas darurat). Yang isinya kira-kira :
- Sikat gigi dan pastinya odolnya,
- Daleman, (untuk wanita ditambah dengan pembalut, bila anak-anak mungkin diapers),
- Handuk kecil,
- Lampu senter dan beberapa batre cadangan,
- Obat-obatan pribadi (biasanya obat sakit kepala, obat maag, anti masuk angin, plester dan obat luka, obat gosok)
- Personal ID,
- Daftar nama emergency contact,
- Makanan kering yang tahan lama (mungkin crackers atau abon),
- Air mineral,
- Uang secukupnya (dalam pecahan kecil),